Senin, 02 Juni 2014

Data Hutan Aceh Berbeda-Beda

Data Hutan Aceh Berbeda-Beda
Firman Hidayat | The Globe Journal
Kamis, 28 Juli 2011 00:00 WIB
Banda Aceh — Minimnya dana penelitian yang disupport oleh Pemerintah Aceh mengakibatkan data base tentang kondisi dan kerusakan hutan di Aceh tidak akurat dan berbeda-beda. Hal itu dikatakan oleh Dr. Izarul Machdar dari Unsyiah Climate Change Group Discussion (UCCGD) kepada The Globe Journal, Kamis (28/7) usai diskusi masalah perubahan iklim di Aceh yang berlangsung di Aula ICAIOS Darussalam siang tadi. 

Dia mengatakan perencanaan harus dimulai dengan data. Kalau datanya berbeda-beda maka perencanaan juga tidak tersusun dengan baik. Khusus di Aceh ini harus ada satu referensi tempat melakukan output data tentang kondisi dan kerusakan serta soal keluasan hutan. “Kalau banyak lembaga atau organisasi yang memiliki uang membuat survey hutan di Aceh sudah pasti data yang dihasilkan berbeda dengan punya pemerintah,” kata Izarul.

Dia mencotohkan data BRR tahun 2008 menyebutkan luas wilayah daratan Aceh meliputi 55.400 km2 (5.54 juta ha) dimana 60,22 persen atau 3,34 juta ha adalah hutan. Sedangkan hutan lindung sebanyak 55 persen,  hutan konservasi 25 persen dan hutan produksi 20 persen. 

Kemudian data hutan dari Yayasan Lauser International (YLI) saat ini di Aceh terdapat sekitar 2,2 juta ha yang merupakan hutan lindung dan selama ini dijadikan sebagai paru-paru dunia.

Data luas kawasan hutan di Provinsi Aceh berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 170/Kpts-II/2000, tanggal 29 Juni 2000 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Aceh menyebutkan luas hutan lindung mencapai 1.844.500 ha, hutan produksi terbatas 37.300 ha dan hutan produksi tetap sebanyak 601.280 ha. 

 “Masih belum ada data yang akurat dari ketiga sumber data itu,”kata Dosen Teknik Kimia Unsyiah ini. 

Sedangkan data kerusakan hutan juga berbeda-beda. Menurutnya seperti yang dikutip dari pernyataan Wakil Gubenur Aceh, Muhammad Nazar tahun 2008 lalu bahwa Aceh kehilangan kawasan hutan akibat penerbangan liar rata-rata mencapai seluas 900 hektar. Sehingga total kerusakan hutan Aceh pertahun hingga 32.000 hektar. 

Kemudian Greenomic tahun 2009 juga menyebutkan data kerusakan hutan Aceh dari April 2005 - April 2009, total selama empat tahun sebanyak 163.000 ha atau sekitar 40.000 ha hutan yang rusak pertahun. 

Dari total 1,8 juta hektar luasan hutan lindung di Aceh, seluas 13.486 ha dilaporkan dalam kondisi rusak, yang terjadi selama kurun waktu 3 tahun (2006-2009). Data ini bersumber dari  Working Group Analysis Hutan Aceh 2010 yang beranggotakan Sekretariat Aceh Green, Dinas Kehutanan Aceh, Badan Pengelola Kawasan Ekosistem Leuser (BPKEL), Fauna & Flaura Internasional (FFI), dan Yayasan Leuser International (YLI).

Sedangkan Walhi Aceh juga mencatat data kerusakan hutan Aceh hingga 23.000 hektar pertahun. Dalam proposal REDD yang diajukan FFI Aceh Programme disebutkan untuk kerusakan Hutan Ulu Masen hanya 9.630 hektar pertahun.

Ia menambahkan seharusnya Pemerintah Aceh menjadi satu referensi yang tepat dan akurat sebagai sumber data, tapi karena minimnya dana penelitian dari pemerintah sehingga banyak data yang berbeda-beda,” terang Izarul lagi dengan harapan database hutan di Aceh harus dibuat oleh pemerintah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar